Archive for the ‘opini’ Category
kerja dulu atau langsung lanjut kuliah?
“Mau kerja dulu atau langsung lanjut kuliah?”, pertanyaan seperti itu mungkin akan banyak didengar mahasiswa semester akhir kaya saya ini. Memang menjelang selesai kuliah (aamiiin ^^), kami yang notabene bukan lagi anak ABG mulai menggalau lagi, bukan masalah cinta tapi karena memikirkan masa depan, hehe. YA MASA DEPAN. Bagian ini akan menjadi tonggak awal goresan tinta emas masa depan kami semua, hehehe, lebay.
Setiap pribadi pasti akan memiliki pandangan dan pilihan yang berbeda-beda. Sampai saat ini pun saya belum menemukan jawaban yang pas dan mantap bila diberi pertanyaan itu. Salah satu dari keduanya memang harus dipilih, apalagi bagi mahasiswa yang hendak melanjutkan studi ke luar negeri.
Untuk saya pribadi kadang berpikir untuk langsung melanjutkan kuliah, mumpung masih muda, dan orang tua pun meng-amini dengan “mumpung masih bisa membiayai”, walaupun dalam hal ini saya hanya akan melanjutkan kuliah dengan mencari beasiswa. Kapan lagi punya cukup waktu untuk sekolah?? Kapan lagi punya waktu untuk menimba ilmu di negeri orang?? Apalagi saya hanyalah calon sarjana teknik yang sudah jutaan banyaknya dan tidak ada jaminan mendapat pekerjaan.
Baca entri selengkapnya »
Universitas Indonesia, Green Campus yang Belum Green dan Kampus Rakyat yang Belum Merakyat
Pembangunan driving range atau area berlatih untuk pegolf pemula dan lapangan berkuda di wilayah kampus UI memang beberapa hari ini santer diberitakan. Pro dan kontra pun muncul seiring dengan pembangunan fasilitas “tidak wajar” ini yang terkesan mengorbankan area hijau hutan kampus UI. Pro dan kontra ini tidak hanya muncul dikalangan civitas academica UI namun juga muncul dari luar warga kampus bahkan hingga forum umum di salah satu website surat kabar elektronik taraf nasional. Salah satu pembaca mengatakan jika lapangan golf ini urgensinya tidak signifikan bila dibangun di area kampus, namun pembaca yang lain berujar bahwa sebagai kampus bertaraf internasional pembangunan fasilitas ini menjadi sesuatu yang sangat wajar. Pembangunan lapangan golf di wilayah kampus UI harus memenuhi nilai-nilai etik baik etik terhadap lingkungan maupun warga kampus.
Baca entri selengkapnya »
Meninjau Ulang Cita-Cita Reformasi 1998
Kita tentunya masih ingat dengan peristiwa jatuhnya rezim presiden Soeharto pada tahun 1998 yang dikenal dengan reformasi. Kini 14 tahun sudah (1998-2012) reformasi berjalan, namun masih banyak kalangan yang menilai reformasi masih jauh dari harapan dan telah terjadi penyimpangan dari cita-cita adanya perubahan dan perbaikan mendasar di Indonesia. Hal senada juga dikemukakan oleh Drs Syarif Makhya M.Si seorang pengamat politik dari Universitas Lampung. Masalah yang banyak mendapatkan sorotan adalah makin maraknya tindak korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di era reformasi ini.
Reformasi dianggap belum berhasil
Reformasi 1998 berhasil menjatuhkan pemerintahan rezim Soeharto, tetapi belum berhasil membangun tatanan demokrasi baru yang ideal. Saat ini bangsa Indonesia justru terjerat oleh berbagai masalah serius, KKN yang terus merebak, penegakan hukum yang lemah, dan sistem ketatanegaraan yang masih carut marut. Sejumlah kasus pada akhir era Orde Baru seperti kerusuhan Mei 1998, serta kasus Trisakti dan Semanggi I-II hingga saat ini belum tertuntaskan. Saat ini masyarakat disibukkan dengan kasus korupsi, penyalahgunaan wewenang yang justru dilakukan oleh tokoh-tokoh politik yang dulu gencar menyuarakan reformasi yang anti-KKN.
”Saya heran dengan kondisi saat ini. Dahulu, Orde Baru dikoreksi oleh era reformasi karena ditengarai melakukan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Namun, sejumlah tokoh reformasi yang sekarang berkuasa justru terlihat makin serakah terhadap kekuasaan dan korupsi,” ujar Effendy Choirie, anggota Komisi I DPR.
Baca entri selengkapnya »
Tercabiknya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi Rakyat : Perubahan Dari Civil Law Menjadi Common Law
Permasalahan kepastian hukum dan keadilan rakyat memang menjadi masalah pelik yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Tentu kita masih ingat beberapa kasus yang telah mencabik-cabik hati masyarakat Indonesia karena telah menghianati nilai-nilai keadilan. Tengok saja kasus Artalyta Suryani seorang pengusaha wanita yang mendapatkan fasilitas mewah di “kamar hotel” lembaga pemasyarakatan, atau kasus Gayus Tambunan yang bebas plesir ke Bali bahkan luar negeri padahal sedang dalam masa tahanan. Sementara itu jauh di pelosok Indonesia, seorang nenek terpaksa dihukum dan masuk persidangan tanpa pengacara karena hal yang sangat sederhana dan murah, mencuri 3 buah kakao. Atau nasib para narapidana kere yang berdesakan berebut tempat berbaring karena over capacity dari lembaga pemasyarakatan. Perkara keadilan hukum di Indonesia memang masih tebang pilih, berpihak pada masyarakat atas dan kadang menjadi musuh bagi masyarakat bawah. Perlu adanya perubahan disemua lini aparat penegak hukum demi tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Baca entri selengkapnya »
Cara Menjaga Gairah Menulis
Temen-temen blogger,,
Berapa bulan ini saya gak keluarin satu tulisan pun. Rasanya semangat menulis mulai menghilang..Tolong bantu dooong…
Gimana ya caranya biar tetep semangat menulis??
Rakyat “diserang” dari dalam dan dari luar, mau “lawan” yang mana dulu??
Sekarang ini, rakyat Indonesia bagaikan sedang diserang dari dua arah, dari dalam dan dari luar. Dari luar, tantangan datang dari negeri sebelah, negeri yang katanya saudara, satu rumpun dan satu budaya, Malaysia. Dan dari dalam, tidak lain tantangan dari wakil rakyat “yang terhormat”.
Setelah mengambil Sipadan dan Ligitan, mengklaim Tari Pendet dan lagu Rasa Sayange, perlakuan buruk terhadap TKI Indonesia, kini tetangga kita yang satu ini mulai mengusik rumah tangga kita lagi. Ya temen-temen pasti tahu, petugas patroli laut kita ditangkap tentara Malaysia di rumah kita sendiri. Lagi-lagi Malaysia mengusik kedaulatan Indonesia, lebih-lebih kejadian itu bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia. Sontak kecaman keras pun datang dari berbagai pihak. Tua muda, kaya miskin, baik jahat, semua rakyat Indonesia seakan dibakar emosinya, nasionalisme pun mulai timbul, rasa ingin membela bangsanya memuncak kembali. Rakyat seakan tinggal menunggu komando dari pemerintah, siap perang, siap damai dengan jaminan pemerintah mampu menyelesaikan pelecehan kedaulatan ini. Tapi sekarang, pemimpin kita seakan melempem didepan petinggi kerajaan Malaysia. Padahal, Soekarno pernah berucap, bersedia berjuang segenap tumpah darah untuk kedaulatan Indonesia, berjuang untuk tanah Indonesia walaupun hanya sejengkal.
Belum kelar masalah penangkapan itu, muncul lagi berita mengenai lagu Indonesia Raya yang diobrak-abrik dan diplesetkan. Entah siapa yang melakukannya, kita pun belum tahu. Hati rakyat kembali dirobek-robek. Bagaimana tidak, Lagu kebesaran kita, lagu yang menandakan kita merdeka dan bangsa yang berdaulat, dibuat mainan seenak “udelnya” sendiri. Untuk masalah yang satu ini, kita perlu berhati-hati, karena mungkin ini hanya kerjaannya orang iseng yang ingin mengadu domba Indonesia-Malaysia.
Baca entri selengkapnya »
Aku (bukan) Benci Indonesia
Aku (bukan) benci Indonesia
Aku benci orang-orang munafik yang sok berdiri diatas nama-mu
Aku (bukan) benci Indonesia
Aku benci orang yang mengusahakan kepentingannya dengan dalih mengusahakan kepentingan-mu
Aku (bukan) benci Indonesia
Aku benci orang yang mengorbankan-mu demi rumah mewahnya
Aku (bukan) benci Indonesia
Aku benci orang yang tidak memikirkan rakyat-mu tapi memikirkan makan siangnya
Aku (bukan) benci Indonesia
Aku benci orang yang menurunkan bendera-mu disaat sepantasnya ia berkibar
Aku (bukan) benci Indonesia
Aku benci orang yang memanfatkan kemerdekaan-mu untuk pencitraan dirinya.
Aku (bukan) benci Indonesia
Aku benci orang yang merusak alam-mu untuk mol-mol kapitalisme
Aku (bukan) benci Indonesia
Aku benci orang yang diam saja melihat-mu dilecehkan demi menyelamatkan reputasinya.
Aku (bukan) benci Indonesia
Aku benci orang yang tidak geram melihat sejengkal tanah-mu dicuri dengan alasan itu bukan urusanku.
Aku ingin Indonesia yang lebih baik
Ditangan orang yang baik-baik pula
Hujan Darah di India,,Fress atau Basi??
Ini artikel saya buat sebagai bentuk kebingungan saya akan berita di salah satu acara Infotainment. Sekitar 1-2 hari yang lalu, saya iseng-iseng melihat berita di infotainment. Ada berita yang menarik nih,,yaitu mengenai hujan darah di India.
Saya yang penasaran mengenai hal tersebut mencoba mencari informasinya di Internet ( Coba temen-temen cari di google dengan kata kunci ” hujan darah di India ). Ternyata….dari beberapa artikel yang membahas tentang hal yang diberitakan tersebut, artikel tersebut bertanggalkan 7 Desember 2009*, 15 Desember 2009*, dan dari video *(Youtube) yang ditampilkan bertanggalkan 12 Agustus 2008. Disalah satu artikel disebutkan pula bahwa kejadian itu terjadi pada Juli-September 2001.
Belum puas mendapatkan informasi tersebut, kemudian saya coba mencari berita tersebut di Kaskus (hehe,maklum bukan Kaskusers, jadi ga pernah update ) sebagai salah satu komunitas terbesar di Indonesia dan menurut saya sangat update, dan artikel serupa ditemukan bertanggal 20 Agustus 2009.*
Apakah saya yang ketinggalan informasi??
Atau memang terjadi dua kali hujan darah, dulu dan sekarang??
Kalaupun itu berita lama, kenapa baru diberitakan sekarang??
Atau infotainment tersebut sudah kekurangan berita sehingga menampilkan berita lama??
Bingung jadinya 😦
* klik untuk melihat artikel/video yg bersangktan
Apa yang Salah dengan Indonesia?
Apa yang salah dengan Indonesia?
Mungkin beberapa orang mulai bingung dengan keadaan Indonesia saat ini. Apa sebenarnya yang telah terjadi di Indonesia. Pemerintahan yang carut marut, kemiskinan yang tiada berujung, pengangguran dimana-mana, harga sembako yang merangkak naik, tabung gas elpiji yang menjadi bom waktu, banyak lagi..Sudah setengah abad merdeka, kemajuan yang kita alami serasa jalan merangkak. Coba kita bandingkan dengan negara lain seperti Singapura yang baru merdeka setelah Indonesia merayakan HUT kemerdekaan yang ke-18.
Bila dilihat dari keadaan geografis, jelas kita menang. Siapa yang berani menyebut kalau kita negara miskin tambang??gak ada..hasil laut melimpah, hasil bumi meruah. Belum lagi dengan 200 juta penduduknya yang bisa menjadi tempat pasar yang sangat menjanjikan. Terus apa yang kurang dari Indonesia?
Dalam hati, saya mengira ada 3 faktor yang menyebabkan Indonesia seakan enggan melangkah maju..
1. Pemerintahan yang korup.
Ini mungkin merupakan masalah yang dihadapi oleh setiap negara, tapi di Indonesia sudah keterlaluan. Budaya Korupsi telah mendarah daging, mulai dari pejabat tinggi sampai perangkat desa. Entah budaya ini dibawa oleh siapa dulunya. Apakah memang warisan dari pemerintah Hindia Belanda yang telah mengenal korupsi, atau mulai didorong pada masa pemerintahan Orde Baru. Butuh tindakan tegas untuk menumpas kejahatan nomer wahid ini, Indonesia butuh pemimpin yang berintegritas, berani bertindak walaupun kepada kerabat dan tim suksesnya. Bila perlu, Indonesia butuh diktator untuk membawa Indonesia pada jalurnya sebagai bangsa yang besar.
Baca entri selengkapnya »